Di akhir masa kunjungannya ke Pacitan, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyempatkan diri ke makam ayahandanya, alm Peltu (Purn) HR Soekotjo pada Sabtu (21/5/2022) di Taman Makam Pahlawan Bunga Bangsa Pacitan.
Saat berziarah, SBY sempat mengenang sosok ayahandanya yang wafat pada tahun 2001 itu sebagai sosok yang lurus dan banyak kesan terhadap sosoknya.
Saat berziarah, SBY bercerita ayahanda ini wafat pada tahun 2001, dimana saat itu SBY menjabat sebagai Menkopolkam di era kabinet era Gusdur.
“Ayahanda sakit keras kemudian saya dengan almarhumah Ibu Ani bergegas untuk datang ke Pacitan, tapi Allah menakdirkan Ketika kami sampai di RS Pacitan di belakang kita ini ayah sudah menghembuskan nafasnya yang penghabisan,”ujar SBY.
SBY kemudian mengisahkan bahwa sebelum Ayahanda meninggal, semua kakak adik, kemenakan itu diajak untuk berdoa di Rumah Sakit dan dipimpin oleh Ayahanda sendiri.
“Dikasih pesan-pesan semua, pesan kedepan, yang mendengarkan tentunya sambil menangis, karena biasanya kalau ada yang dieing, udah dekat waktunya dipanggil allah, jsutru yang mendoakan yang lain, tetapi ini ini ayah sendiri, Ketika ditanya Kok tidak menunggu SBY dan Ani, dijawab oleh Almarhmu ini tidak perlu, mereka berdua sudah sudah tahu jalannya, tidak perlu dirisaukan kalau saya kembali dan seterusnya,”paparnya.
SBY kemudian yang memimpin upacara militer saya memberikan sambutan. SBY juga bersyukur bahwa di saat keluarga terdekatnya meninggal dunia, dirinya berkesempatan memberikan sambutan dan kesan-pesan kata-kata terbaik.
“Jadi bagaikan ditakdirkan oleh sejarah, saya bisa mengantarkan dan bisa menyampaikan kata-kata terbaik kepada orang-orang yang saya dan keluarga sangat cintai pada hari terakhir pemakamannya. Untuk Ibu Ani mengikuti protokol kenegaraan, saya mewakili menyampaikan sambutan waktu adalah AHY,”jelas SBY.
SBY lantas menceritakan sosok Ayahandanya HR Soekotjo. SBY menyebut sosok ayahnya prajurit, tetapi disamping prajurit juga memiliki sejumlah posisi sosial, tokoh masyarakat, kerap dijadikan rujukan, bahkan para pejabat.
“Kemudian hafal banyak hal, ibu Ani dulu sampai heran ya ayah sangat ingat banyak hal yang tidak mungkin diingat oleh orang biasa, lurus karakternya kepribadiannya sebagai prajurit, darah itu mengalir sampai akhir hayatnya,”pungkasnya.
Saat SBY Kenang Ayahandanya HR Soekotjo Sebagai Sosok Prajurit yang Lurus
Di akhir masa kunjungannya ke Pacitan, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyempatkan diri ke makam ayahandanya, alm Peltu (Purn) HR Soekotjo pada Sabtu (21/5/2022) di Taman Makam Pahlawan Bunga Bangsa Pacitan.
Saat berziarah, SBY sempat mengenang sosok ayahandanya yang wafat pada tahun 2001 itu sebagai sosok yang lurus dan banyak kesan terhadap sosoknya.
Saat berziarah, SBY bercerita ayahanda ini wafat pada tahun 2001, dimana saat itu SBY menjabat sebagai Menkopolkam di era kabinet era Gusdur.
“Ayahanda sakit keras kemudian saya dengan almarhumah Ibu Ani bergegas untuk datang ke Pacitan, tapi Allah menakdirkan Ketika kami sampai di RS Pacitan di belakang kita ini ayah sudah menghembuskan nafasnya yang penghabisan,”ujar SBY.
SBY kemudian mengisahkan bahwa sebelum Ayahanda meninggal, semua kakak adik, kemenakan itu diajak untuk berdoa di Rumah Sakit dan dipimpin oleh Ayahanda sendiri.
“Dikasih pesan-pesan semua, pesan kedepan, yang mendengarkan tentunya sambil menangis, karena biasanya kalau ada yang dieing, udah dekat waktunya dipanggil allah, jsutru yang mendoakan yang lain, tetapi ini ini ayah sendiri, Ketika ditanya Kok tidak menunggu SBY dan Ani, dijawab oleh Almarhmu ini tidak perlu, mereka berdua sudah sudah tahu jalannya, tidak perlu dirisaukan kalau saya kembali dan seterusnya,”paparnya.
SBY kemudian yang memimpin upacara militer saya memberikan sambutan. SBY juga bersyukur bahwa di saat keluarga terdekatnya meninggal dunia, dirinya berkesempatan memberikan sambutan dan kesan-pesan kata-kata terbaik.
“Jadi bagaikan ditakdirkan oleh sejarah, saya bisa mengantarkan dan bisa menyampaikan kata-kata terbaik kepada orang-orang yang saya dan keluarga sangat cintai pada hari terakhir pemakamannya. Untuk Ibu Ani mengikuti protokol kenegaraan, saya mewakili menyampaikan sambutan waktu adalah AHY,”jelas SBY.
SBY lantas menceritakan sosok Ayahandanya HR Soekotjo. SBY menyebut sosok ayahnya prajurit, tetapi disamping prajurit juga memiliki sejumlah posisi sosial, tokoh masyarakat, kerap dijadikan rujukan, bahkan para pejabat.
“Kemudian hafal banyak hal, ibu Ani dulu sampai heran ya ayah sangat ingat banyak hal yang tidak mungkin diingat oleh orang biasa, lurus karakternya kepribadiannya sebagai prajurit, darah itu mengalir sampai akhir hayatnya,”pungkasnya.